Walikukun, bukan kata yang asing lagi bagi sebagian
besar masyarakat yang tinggal di wilayah Kecamatan Cawas Kabupaten
Klaten khususnya dan penduduk di sekitar wilayah itu. Selain menjadi
nama dukuh di Desa Balak, Walikukun juga merupakan nama jembatan yang
berada di jalur alternatif Solo-Klaten.
Menurut penuturan salah satu tokoh masyarakat Dukuh Walikukun,
Suparman, 62, Walikukun merupakan nama pohon yang tumbuh di tengah area
persawahan di dukuh tersebut.
Suparman menuturkan, legenda yang berkembang menyebutkan bahwa konon Sunan Kalijaga jalan-jalan dan pernah singgah sampai di lokasi tumbuhnya pohon Walikukun. “Saat itu, Sunan Kalijaga berhenti di daerah tersebut untuk shalat. Dia membawa tongkatnya dan kemudian menancapkan di tanah. Setelah salat, Sunan Kalijaga lupa tongkatnya dan pergi meninggalkan tempat tersebut,” jelas Suparman saat ditemui Espos, di Dukuh Walikukun, Sabtu (24/10).
Pensiunan Guru SMP 1 Weru, Sukoharjo itu menambahkan, Sunan Kalijaga baru teringat tongkatnya ketika sudah sampai di Dukuh Sepi Desa Barepan Kecamatan Cawas. Sunan Kalijaga, imbuhnya, lantas berusaha ingin mengambil tongkatnya kembali. Namun, ternyata tongkat itu sudah tumbuh menjadi pohon.
“Sampai sekarang belum ada yang berani menebang pohon walikukun itu dan yang bisa menebang hanya keturunan dari Sunan Kalijaga. Hingga kini, pohon walikukun itu cuma dipangkas ranting-rantingnya. Akar pohon walikukun sudah menjalar dan tumbuh menjadi pohon baru,” terangnya.
Dijelaskan Suparman, suatu ketika ada orang yang mengambil kayu dari pohon walikukun tanpa izin. Orang itu, ucapnya, sakit dan seperti ada yang membisiki meminta agar kayu walikukun dikembalikan ke tempat semula. Setelah itu, kata dia, orang tersebut akhirnya bisa sembuh. Suparman mengemukakan mitos tersebut ada yang dipercaya oleh sebagian orang dan ada pula yang tidak mempercayainya.
Suparman menjelaskan, menurut kepercayaan masyarakat, kayu walikukun bisa digunakan untuk perlengkapan dalam sesaji saat mendirikan rumah. Sampai sekarang, kata dia, juga masih ada masyarakat yang percaya dan menggunakan kayu walikukun dalam sesaji ketika membangun rumah.
Kades Balak, Sukarjo menuturkan, berdasarkan informasi yang diterimanya dari beberapa pihak, lokasi pohon walikukun merupakan petilasan Sunan Kalijaga. Dia juga melihat tidak semua orang bisa menebang pohon walikukun. “Menurut cerita, kayu walikukun kadang digunakan untuk perlengkapan dalam sesaji saat membangun rumah,” kata Sukarjo. – Oleh : nad, Solopos
Keterangan dari Wikipedia : Pohon Walikukun (Schoutenia ovata Korth.)
adalah pohon hutan tipe musiman anggota suku Tiliaceae yang tumbuh di
Jawa dan pulau-pulau di sebelah timurnya.
Nama-nama lain :
• Actinophora fragrans Wallich ex R.Br.
• Actinophora hypoleuca (Pierre) o. Kuntze
• Schoutenia hypoleuca Pierre
• Nama lokal: kokon, daeng nieo, daeng samae, daeng saeng, popel thuge, East Indian wood, ach-sat, harikukun, kayu laduni.
• Actinophora fragrans Wallich ex R.Br.
• Actinophora hypoleuca (Pierre) o. Kuntze
• Schoutenia hypoleuca Pierre
• Nama lokal: kokon, daeng nieo, daeng samae, daeng saeng, popel thuge, East Indian wood, ach-sat, harikukun, kayu laduni.
Gambar pohon Walikukun ini kami copy dari sebuah website :
http://thekeyofthelight.blogspot.com/2009_01_01_archive.html)
http://thekeyofthelight.blogspot.com/2009_01_01_archive.html)
0 Tanggapan:
Posting Komentar
Silahkan komentar disini jika mau oder, saran, kritik membangun, komplain, sumbang sich pemikiran dll, tapi mohon maaf pihak management Makrifat Business melakukan moderasi setiap komentar yang masuk