ويستعين علي ضبط عدد التهليلات وعدد التسبيح والتحميد والتكبير بعقد الأصابع لأن الأصابع مسؤولات مستنطقات يوم القيامة.
Syaikh Shalih al Fauzan mengatakan, “Untuk menghitung berapa jumlah bacaan tahlil, tasbih, tahmid dan takbir (setelah shalat fardhu) bisa memanfaatkan jari jemari untuk menghitungnya karena jari jemari itu nanti akan ditanyai dan diminta untuk berbicara pada hari Kiamat nanti.
ويباح استعمال السبحة ليعد بها الأذكار والتسبيحات من غير اعتقاد أن فيها فضيلة خاصة وكرهها بعض العلماء.
Dibolehkan menggunakan biji tasbih untuk menghitung bacaan-bacaan dzikir dan tasbih asal tanpa ada keyakinan bahwa biji tasbih itu mengandung keutamaan khusus. Namun menggunakan biji tasbih itu dimakruhkan oleh sebagian ulama.
وإن اعتقد أن لها فضيلة فاتخاذها بدعة وذلك مثل السبح التي يتخذها الصوفية ويعلقونها في أعناقهم أو يجعلونها كالأسورة في أيديهم! وهذا مع كونه بدعة فإن فيه رياء وتكلفا.
Jika diiringi keyakinan bahwa biji tasbih itu memiliki keutamaan khusus maka menggunakannya hukumnya adalah bid’ah semisal biji tasbih yang dipakai oleh orang-orang sufi. Mereka jadikan biji tasbih sebagai kalung di leher mereka atau menjadikannya sebagai gelang di tangan. Perbuatan semacam ini disamping bid’ah adalah riya dan memaksakan diri”
[al Mulakhkhos al Fiqhi juz 1 hal 159 terbitan Dar al ‘Ashimah Riyadh, cet pertama 1421 H].
قلت (للإمام أحمد بن حنبل): يُسبِّح الرجل بالنوى؟
Ishaq bin Manshur al Kausaj Al Maruzi bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal, “Bolehkan menghitung tasbih dengan menggunakan biji?”
قال: قد فعل ذلك أبو هريرة و سعد رضي الله عنهما،
Jawaban Imam Ahmad, “Menghitung tasbih dengan biji itu pernah dilakukan oleh Abu Hurairah dan Saad.
وما بأس بذلك،
Tidak mengapa melakukan hal tersebut.
النبي صلى الله عليه وسلم عدَّ.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menghitung (tasbihnya)”.
قال إسحاق (بن راهوية): كما قال».
Ishaq bin Rahawaih mengatakan, “Benar apa yang dikatakan oleh Imam Ahmad”.
“مسائل الإمام أحمد وإسحاق، رواية الكوسج” (2|601 #3507)
Sumber:
Masail Imam Ahmad dan Ishaq bin Rahawaih berdasarkan penuturan Ishaq bin Manshur al Kausaj, tahqiq Abul Husain Khalid bin Mahmud al Ribath, Wiam al Hausyi dan Jumah Fathi jilid 2 hal 601 masalah no 3507, terbitan Darul Hijrah Riyadh, cetakan pertama, 1425 H.
Masail Imam Ahmad dan Ishaq bin Rahawaih berdasarkan penuturan Ishaq bin Manshur al Kausaj, tahqiq Abul Husain Khalid bin Mahmud al Ribath, Wiam al Hausyi dan Jumah Fathi jilid 2 hal 601 masalah no 3507, terbitan Darul Hijrah Riyadh, cetakan pertama, 1425 H.
Catatan:
1. Jika menghitung bacaan dzikir dengan biji-biji tertentu maka semisal dengan itu menghitung bacaan dzikir dengan biji tasbih.
2. Kutipan mengisyaratkan bahwa Imam Ahmad menilai shahih riwayat yang mengatakan bahwa Abu Hurairah dan Saad bin Abi Waqqash menghitung bacaan dzikirnya dengan biji-bijian karena beliau berdalil dengan riwayat tersebut.
Artikel www.ustadzaris.com
0 Tanggapan:
Posting Komentar
Silahkan komentar disini jika mau oder, saran, kritik membangun, komplain, sumbang sich pemikiran dll, tapi mohon maaf pihak management Makrifat Business melakukan moderasi setiap komentar yang masuk