Sumber artikel ini di kutip dari website http://bpthbalinusra.net
Panen buah
-->ifsp@indo.net.id
--> -->
Penyebaran dan habitat
Jenis
ini menyebar mulai dari Himalaya menuju wilayah lembab di Myanmar
hingga Semenanjung Malaysia, ke Sumatera dan Jawa. Di Jawa, jenis ini
hanya tumbuh di wilayah barat dengan ketinggian 500-1.500 m dpl, di
hutan bukit dan pegunungan lembab. Di Sumatera, A. excelsa
tersebar di Bukit Barisan. Tumbuh alami terutama pada tapak lembab
dengan curah hujan lebih 100 mm per bulan dan tanah vulkanik. Jenis ini
digunakan untuk penanaman terutama di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Ditanam pada jarak rapat, karena pohon muda cenderung bercabang jika
mendapat banyak sinar matahari.
Kegunaan
Kayunya
sangat awet walaupun langsung bersentuhan dengan tanah. Karena bebas
cabangnya tinggi, maka kayunya cocok untuk kerangka jembatan, tiang,
konstruksi, tiang listrik dan telpon, serta penyangga rel kereta api.
Selain itu, kayunya dimanfaatkan untuk konstruksi berat, rangka
kendaraan, perahu dan kapal, lantai, rakit, finir, dan plywood. Daun
yang masih muda berwarna merah sering untuk sayur atau lalap. Di Jawa,
daun yang telah ditumbuk halus digunakan sebagai obat batuk. Getahnya
berbau aromatik sebagai pengharum ruangan.
Deskripsi botani
Pohon
selalu hijau, tinggi dapat mencapai 40-60 m dengan tinggi bebas cabang
20-35 m, diameter hingga 80-150 cm. Kulit kayu halus, abu-abu, dan
kayunya merah. Pohon yang masih muda bertajuk rapat dan berbentuk
piramid, kemudian berangsur menjadi bulat setelah tua. Letak daun
bergiliran, bentuknya lonjong, panjangnya 6 - 12 cm, dan lebarnya
2,5-5,5 cm, dengan tepi daun bergerigi halus. Bunga berkelamin satu.
Bunga jantan dan betina terpisah pada pohon yang sama. Malai betina
terdiri dari 14-18 bunga, berkumpul menyerupai kepala.
Altingia excelsa , 1. Bentuk pohon , 2. Bunga jantan, 3. Ranting yang berbuah (sumber: Plant Resources of South East Asia 5, 1994)
Deskripsi buah dan benih
Buah :
Buah berdiameter 1,2-2,5 cm, berwarna coklat, seperti kapsul yang
terdiri 4 ruang. Setiap ruang berisi 1-2 benih yang telah dibuahi.
Selain benih yang dibuahi, dalam setiap ruang tersebut juga terdapat
benih yang tidak dibuahi yang jumlahnya mencapai 35 butir.
Benih :
Benih pipih dan dikelilingi sayap yang berbau aromatik. Setiap kg benih
terdiri 177.000 butir atau 75.000 benih/liter. Perkecambahannya
epigeal.
Musim berbunga dan berbuah
Di
Jawa, jenis ini berbunga dan berbuah sepanjang tahun, tetapi puncak
pembungaannya April-Mei. Puncak pembuahan dan saat terbaik untuk
pengumpulan benih adalah Agustus-Oktober. Vektor penyerbukan belum
diketahui, tetapi diduga perantara penyerbukannya adalah angin,
berdasarkan tinjauan bahwa bunga tidak memiliki kelopak dan mahkota,
benang sari sangat berlimpah, dan kepala putiknya berupa “papila”.
Panen buah
Buah
harus segera dikumpulkan sebelum warnanya berubah hitam. Apabila
terlambat, buah mungkin telah kosong karena benih sudah terpencar.
Pengolahan dan penanganan benih
Benih
diekstraksi dengan penjemuran selama 2 hari, atau dengan pengering
benih suhu 38-42˚C selama 20 jam. Dengan perlakuan ini, buah akan
terbuka sehingga benih mudah diekstraksi. Meja sortasi benih mungkin
dapat digunakan untuk memilah benih berdasarkan berat.
Penyimpanan dan viabilitas
Benih
segar segera menurun vibilitasnya sehingga hendaknya segera ditabur.
Hasil penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan
Bogor menunjukkan bahwa viabilitas dapat dipertahankan hingga 12 minggu
apabila benih dikeringkan hingga kadar air 5-8 % kemudian dimasukkan
wadah plastik kedap udara dan disimpan di dalam ruang sejuk suhu 5-8˚C.
Penaburan dan perkecambahan
Benih
hendaknya direndam didalam air selama 24 jam sebelum ditabur. Media
tabur yang digunakan biasanya adalah campuran pasir-tanah 1:1.
Perkecambahan mulai pada hari ke-10. Kecambah yang telah berumur 1 bulan
dapat disapih ke polybag yang telah berisi media kaya bahan organik.
Daftar Pustaka
Adiwijaya, S. 1976 . Petunjuk Praktis Pembuatan Persemaian Rasamala. Berita Wanajaya. Majalah Kehutanan Jawa Barat. Tahun ke VI Januari 1976.
Muliawati, E.S.; Iriantono, D. 1991 . Pemilihan Kadar Air Awal, Ruang Simpan dan Wadah Simpan untuk Penyimpanan Benih Rasamala (Altingia excelsa Noronhae). Laporan Uji Coba No. 95. Departemen Kehutanan. Badan Litbang Kehutanan. Balai Teknologi Perbenihan.
Nurhasybi, Danu, Pramono, A.A; 1997 . Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Jilid I. Balai Teknologi Perbenihan. Bogor . Indonesia .
Ochse, J.J. and Brink, R.C.B. 1977 .
Vegetables of the Duch East Indies (Edible tubers, bulbs, rhizomes and
spices included). A. Asher & co.B.V- Amsterdam-1977.
Purwanti, E. 1991 . Penentuan Karakteristik Masak Fisiologis Benih Rasamala ( Altingia excelsa Noronhae) Berdasarkan Warna Buah. Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Soerianegara, I. And Lemmens. 1994 . Plant Resources of South-East Asia No. 5(1) Timber trees: Major commercial timbers. PROSEA Bogor Indonesia .
Pohon Altingia excelsa di Jawa Barat , Indonesia . Foto: Djam'an, F.D.
DISIAPKAN
ATAS KERJASAMA INDONESIA FOREST SEED PROJECT (IFSP) DENGAN BALAI
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERBENIHAN, BOGOR, INDONESIA.
Penulis:
Agus A. Pramono dan Dharmawati F. Djam'an, Balai Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Perbenihan, Bogor. Peter Ochsner, IFSP.
Indonesia Forest Seed Project T. H. R. Ir. H. Juanda, Dago Pakar Bandung 40198 P.O. Box 6919 Bandung 40135 Indonesia E-mail: \n |
Telepon//Faksimil: +62 22 251 5895
0 Tanggapan:
Posting Komentar
Silahkan komentar disini jika mau oder, saran, kritik membangun, komplain, sumbang sich pemikiran dll, tapi mohon maaf pihak management Makrifat Business melakukan moderasi setiap komentar yang masuk