Artikel ini di copy dari : http://www.birojember.com
JEMBER – Keris dari bahan besi dan baja serta logam meteorit itu sudah biasa adanya. Di jember , seorang pengrajin, membuat keris yang berbahan baku dari kayu langka dan bertuah. Dengan sentuhan tangan kreatif, dan berbagai jenis serta perpaduan model motif unik, keris berbahan kayu ini pun banyak diminati. Peminat tak hanya dari lokal Jember saja, tetapi permintaan juga dari luar negeri.
Para pengrajin juga memanfaatkan media on line dalam pemasarannya. Ratusan keris kreasi dari bahan kayu langka dan bertuah di pajang di etalase outlet miliknya di Desa Balung Tutul, Kecamatan Balung, Jember . Keris kreasi imron pribadi ini semuanya berbahan dasar kayu yang langka yang tak jarang harus di datangkan dari luar daerah, bahkan dari luar negeri.
Kayu langka dan bertuah ini antara lain kayu gaharu, kayu stigi hitam dan stigi putih, kayu cendana bahkan akar bahar laut. Dengan sentuhan tangan tangan seni, kayu yang mayoritas mempunyai kepadatan keras ini, diubah menjadi sebuah karya yang indah dengan ukiran motif kolaborasi, antara motif pakem keris jawa dengan motif keris berbagai daerah.
Dilihat dari proses produksi, alat yang digunakan menggunakan peralatan tradisional, mesin pemotong manual, dan penghalus menggunakan kertas kasar saja. Namun dengan olah kreatif,kayu-kayu tersebut berubah menjadi,karya seni tinggi.
Keris berbahan kayu langka, sangat diminati para konsumen dari semua kalangan masyarakat baik itu dari lokal Jember , Indonesia, maupun negara Negara tetangga. Imron pribadi sebagai pengrajin keris kayu ini, ingin merubah pemikiran orang dan menjadikan kreasi seni ini sebagai ladang bisnis yang menjanjikan dan ingin menghilangkan kesan bahwa selama ini keris hanya sebagai benda pusaka.
Bahan baku yang langka dan susahnya mendapatkannya, membuat para pengrajin tak dapat memproduksi secara banyak dan membuat mahalnya harga keris kayu ini, yang rata rata harga antara satu juta rupiah hingga puluhan juta rupiah. Namun bagi para pecinta seni, harga bukan menjadi kendala, karena kesenian tak dapat dinilai dengan nominal mata uang.
(Hernawan Mustika/Rio).
0 Tanggapan:
Posting Komentar
Silahkan komentar disini jika mau oder, saran, kritik membangun, komplain, sumbang sich pemikiran dll, tapi mohon maaf pihak management Makrifat Business melakukan moderasi setiap komentar yang masuk