By :KAYU SECANG
Secang atau Caesalpinia
sappan L merupakan tanaman semak atau pohon rendah dengan ketinggian
5-10 m. Tanaman untuk termasuk famili Leguminoceae dan
diketahui tersebar di wilayah Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika. Di Indonesia
tanaman ini banyak tumbuh di Jawa, pada ketinggian 1-1700 dpl, ditanam sebagai
pembatas, atau tumbuh liar secara lokal.
Menurut Holinesti (2009), tumbuhan secang yang memiliki nama
ilimiah Caesalpinia sappan L. dikenal dengan bermacam-macam
sebutan nama di berbagai daerah di Indonesia, antara lain : Seupeueng (Aceh),
Sepang (Gayo), Sopang (Batak), Lacang (Minangkabau), Secang (Sunda), Kayu
secang (Jawa Tengah), Kayu secang (Madura), Cang (Bali), Sepang (Sasak), Supa
(Bima), Sepel (Timor), Hape (Sawu), Hong (Alor), Sepe (Roti), Kayu sema
(Manado), Dolo (Bare), Sappang (Makasar), Sepang (Bugis), Sefen (Halmahera),
Sawela (Halmahera utara), Sunyia (Ternate), dan Roro (Tidore).
Kayu secang sangat dikenal terutama di Sulawesi sebagai pemberi
warna pada air minum yang dikenal sebagai teh secang. Kayu secang juga
merupakan salah satu ramuan yang digunakan dalam pembuatan minuman tradisional
Betawi bir pletok yaitu sebagai pemberi warna (Winarti dan Nurdjanah, 2005).
Menurut Sundari dkk (1988), kayu secang memiliki rasa sedikit
manis dan hampir tidak berbau dan sering juga digunakan sebagai obat untuk
berbagai macam penyakit. Kayu secang mengandung komponen yang memiliki
aktivitas antioksidan dan antimikrobia.
Tumbuhan secang merupakan perdu dengan
tinggi 5-10 m, batang dan percabangannya berduri tempel yang bentuknya bengkok
dan letaknya tersebar, batang berbentuk bulat, warnanya hijau kecoklatan.
Secang tumbuh liar dan kadang ditanam sebagai tanaman pagar atau pembatas
kebun. Daun tumbuhan ini bertipe majemuk menyirip ganda, bunganya bertipe
majemuk berbentuk malai dengan mahkota bentuk tabung dan berwarna kuning,
buahnya menyerupai buah polong yang berisi 3-4 biji berbentuk bulat memanjang
dan berwarna kuning kecoklatan. Panenan kayu dapat dilakukan mulai umur 1-2
tahun dan kayunya bila digodok memberi warna merah gading muda, dapat digunakan
untuk pengecatan, memberi warna pada bahan anyaman, kue, minuman atau sebagai
tinta (Dianasari 2009).
Bagian tumbuhan secang seperti batang, kulit batang, polong, dan
akar dapat digunakan sebagai pewarna. Warna merah cerah dan ungu muda bisa
didapatkan dari batang kulit batang, dan polong secang. Akar secang sendiri
dapat menghasilkan warna kuning. Warna-warna yang dihasilkan oleh tanaman
secang berasal dari senyawa yang berwarna brazilin (C16H14O5).
Brazilin merupakan senyawa antioksidan
yang mempunyai katekol dalam struktur kimianya. Menurut Indriani (2003), kayu
secang dapat digunakan sebagai pewarna alami karena mengandung brazilin
berwarna merah yang bersifat mudah larut dalam air panas. Ditambahkan oleh
Holinesti (2009), brazilin (C16H14O5) memiliki warna kuning sulfur jika dalam
bentuk murni, dapat dikristalkan, larut dalam air, jernih mendekati tidak berwarna
dan berasa manis. Asam tidak berpengaruh terhadap larutan brazilin, tetapi
alkali dapat membuatnya bertambah merah. Eter dan alkohol menimbulkan warna
kuning pucat terhadap larutan brazilin. Brazilin akan cepat membentuk warna
merah jika terkena sinar matahari. Terjadinya warna merah ini disebabkan oleh
terbentuknya brazilein. Brazilin jika teroksidasi akan menghasilkan senyawa
brazilein yang berwarna merah kecoklatan dan dapat larut dalam air. Brazilin
termasuk ke dalam flavonoid sebagai isoflvonoid.
0 Tanggapan:
Posting Komentar
Silahkan komentar disini jika mau oder, saran, kritik membangun, komplain, sumbang sich pemikiran dll, tapi mohon maaf pihak management Makrifat Business melakukan moderasi setiap komentar yang masuk